Jumat, 15 Januari 2010

potensi mengkudu sebagai pestisida nabati

Pestisida adalah zat pengendali hama (seperti: ulat, wereng dan kepik). Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak, karena residunya mudah hilang.

Kini, orang banyak menggunakan pestisida kimia/sintetis untuk membasmi hama pada tanaman. Namun penggunaan pestisida kimia sangat tidak ramah lingkungan, juga mempunyai banyak dampak negatif, diantaranya : hama yang tidak terbunuh menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia pada hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia dan kecelakaan bagi pengguna. (http://isroi.wordpress.com/tag /pestisida/ )

Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke-15. Kemudian pada abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisida alami yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yang diekstrak dari akar tuba Derris eliptica. Penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari 50 kali lipat semenjak tahun 1950, dan sekarang sekitar 2,5 juta ton pestisida ini digunakan setiap tahunnya (Ir. H. Samsudin, MSi).

Penelitian terbaru mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan nyawa dan kesehatan manusia sangat mencengangkan. WHO (World Health Organization) dan Program Lingkungan PBB memperkirakan ada 3 juta orang yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida dan sekitar 18.000 orang diantaranya meninggal setiap tahunnya (Ir. H. Samsudin, MSi).

Beberapa pestisida bersifat karsinogenik yang dapat memicu terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian terbaru dalam Environmental Health Perspctive menemukan adanya kaitan kuat antara pencemaran DDT pada masa muda dengan menderita kanker payudara pada masa tuanya. Menurut NRDC (Natural Resources Defense Council) tahun 1998, hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan penderita kanker otak, leukemia dan cacat pada anak-anak awalnya disebabkan tercemar pestisida kimia. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Harvard School of Public Health di Boston, menemukan bahwa resiko terkena penyakit parkinson meningkat sampai 70% pada orang yang terekspose pestisida meski dalam konsentrasi sangat rendah (Ir. H. Samsudin, MSi).

Alam sebenarnya telah menyediakan banyak sekali bahan yang dapat dijadikan pestisida alami, tentunya dengan tidak merusak lingkungan. Beberapa kalebihan pestisida alami misalnya : degradasi/ penguraian yang cepat oleh sinar matahari, memiliki pengaruh yang cepat yaitu menghentikan nafsu makan serangga walaupun jarang menyebabkan kematian, toksisitasnya umumnya rendah terhadap hewan dan relative lebih aman pada manusia dan lingkungan, memiliki spectrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf) dan bersifat selektif, dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida kimia, phitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman, murah dan mudah dibuat oleh setiap orang.

Akan tetapi, pestisida alami (nabati) juga mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya : cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya harus lebih sering, daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan bagi serangga), produksinya belum dapat dilakukan dalam jumlah besar karena keterbatasan bahan baku, kurang praktis, tidak tahan disimpan.(http://isroi.wordpress.com)

Pestisida alami mempunyai beberapa fungsi, antara lain : Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga, misal: dengan bau yang menyengat; Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot; Mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur; Racun syaraf; Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga; Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga. Beberapa jenis pestisida botani berperan mengendalikan pertumbuha jamur (fungisida) dan bakteri perusak tanaman (Ir. Novizan).

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida alami adalah menkudu. Mengkudu (Morinda citrifolia) termasuk jenis kopi-kopian. Mengkudu dapat tumbuh di dataran rendah sampai pada ketinggian tanah 1500 meter diatas permukaan laut. Mengkudu merupakan tumbuhan asli dari Indonesi. Tumbuhan ini mempunyai batang tidak terlalu besar dengan tinggi pohon 3-8 m. Daunnya bersusun berhadapan, panjang daun 20-40 cm dan lebar 7-15 cm. Bunganya berbentuk bungan bongkol yang kecil-kecil dan berwarna putih. Buahnya berwarna hijau mengkilap dan berwujud buah buni berbentuk lonjong dengan variasi trotol-trotol. Bijinya banyak dan kecil-kecil terdapat dalam daging buah. Pada umumnya tumbuhan mengkudu berkembang biak secara liar di hutan-hutan atau dipelihara orang pinggiran-pinggiran kebun rumah. (http://herbalisedja02.blogspot .com/)

Mengkudu bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Beberapa penyakit yang dapat diobati dengan buah mengkudu antara lain : kanker, penyakit jantung, gangguan pencernaan, diabetes tipe 1 dan 2, stress, sulit tidir (insomnia), alergi, nyeri, depresi, tekanan darah tinggi (hipertensi), sakit ginjal, gangguan pernafasan, lesu, lemah konsentrasi, arthritis, memperbaiki metabolisme tubuh, migraine, menyeimbangkan kondisi hormone, mengurangi edema dan kejang-kejang otot, meningkatkan fungsi kelenjar tiroid dan adrenal, menyeimbangkan system imunitas tubuh, menormalkan siklus haid, meningkatkan fungsi reseptor pada dinding –dinding sel, meningkatkan paras serotonin dan berbagai penyakit lainnya. Selain itu mengkudu dapat juga digunakan sebagai kosmetik, menghilangkan sisik pada kaki, untuk perawatan kulit dan rambut (Khasiat dan manfaat mengkudu, Oktober 2002).

Penelitian ilmiah terhadap tanaman mengkudu, terutama buahnya yang diketahui berkhasiat obat tradisional baru dilakukan pada tahun 1980-an, dan sampai sekarang masih dilakukan penelitian. Dr. Ralph Heinicke mendata tidak kurang dari tujuh zat berkhasiat bagi kesehatan berada dalam buah mengkudu, antara lain : Antraquinon, yang memiliki sifat antibakteri ; Asam askorbat, yaitu sumber vitamin C yang luar biasa dalam konsentrasi tinggi dan berfungsi sebagai antioksidan ; Scopoletin, bermanfaat memperlebar saluran pembuluh darah yang mengalamipenyempitan dan sekaligus memperlancar peredaran darah : Damnachantal,zat yang dikenal sebagai senyawa antikanker yang bermanfaat mencegah perkembangan sel-sel kanker di dalam darah ; Xeronine, zat yang mampu mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur fungsi protein di dalam sel, sehingga mencegah protein-protein bersifat abnormal : Proxeronine, sebagai zat pembentuk xeronine yang diserap sel-sel tubuh unuk mengaktifkan protein yang aktif sruktur serta bentuk sel-sel aktif ; Serotonine, yang dikenal sebagai zat yang mampu mengatasi stress, depresi, memperbaiki metabolisme tubuh, migraine, menenangkan perasaan, dan menghilangkan ketergantungan akan obat-obatan.(Khasiat dan manfaat mengkudu, Oktober 2002).

Ada beberapa jenis serangga yang dapat dibasmi dengan pestisida alami dari ekstrak buah mengkudu, antara lain : semut merah, belalang, ulat daun, kutu putih, dan berbagai serangga yang menyerang tanaman. Pestisida ini juga dapat dimanfaatkan untuk membasmi hama ulat kubis (Plutella xylostella). Kematian ulat kubis setelah disemprot ekstrak menkudu mencapai 90-100%. Hasil ini menunjukkan bahwa mengkudu mempunyai efek insektisida yang sangat baik. Kematian larva yang mencapai 100% disebabkan adanya kandungan bahan bioaktif yang beracun bagi ulat serangga tersebut. Jenis tumbuhan mengkudu menurut Cambel (1933) dan Burkil (1935) berfungsi sebagai insektisida dan attraktan karena mengandung senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, steroid, astenogenin, fenil tropan dan tannin.(Khasiat dan manfaat mengkudu, Oktober 2002)

Berdasarkan hasil penlitian Levan 1963, buah mengkudu mengandung antraquinone yang mampu menekan pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu buah mengkudu juga mengandung scopoletin yang aktif sebagai anti mikroba terutama bakteri dan jamur pada manusia. Buah mengkudu juga dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur Collentotrichum capsici yang menyebabkan penyakit antraknosa pada cabe serta menekan perkembangan penyakit tersebut. (Ir. Efri, M.S. dan Ir. Joko Prasetyo, M.S.)

0 komentar:


Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Lincah.Com - Nissan Cars